Banyak Kelompok Ngaku Beraswaja Tapi Tak Berakhlak Aswaja

Banyak Kelompok Ngaku Beraswaja Tapi Tak Berakhlak Aswaja
Jombang, NU Online
Tokoh NU asal Malang KH Marzuki Mustamar menyebutkan, belakangan ini banyak komunitas dan organisasi masyarakat (Ormas) yang mengaku berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), namun pengakuan itu tak berbanding lurus dengan sikap dan akhlak ulama-ulama Aswaja.

Hal ini dikatakan dia saat mengisi pengajian di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Selasa (18/4). Menurutnya, organisasi yang berasaskan Aswaja, setiap langkah dan gerakannya tidak melenceng dengan sikap yang diajarkan ulama Aswaja, kemudian ajaran-ajaran tersebut tercantum di AD/ADRT organisasi yang bersangkutan.

"Banyak yang demo dan mengajak umat Islam dengan mengaku Aswaja tapi dalam qonun asasi dan AD/ART-nya tidak mencantumkan kaidah yang dilakukan para ulama terdahulu (salafussholeh)," ujarnya.

Ia menjelaskan, dikatakan ber-Aswaja ketika setiap ajarannya mengikuti Imam Maturidi, Imam Asya'ari, Al-Ghozali, dan salah satu imam mujtahid yakni Imam Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali serta beberapa ulama salafussholeh yang lain. 

Sejumlah ulama ini, kata dia, dalam berdakwah tidak pernah dengan cara kekerasan, apalagi mencaci maki kelompok yang lain.

"Ngaku Aswaja tapi dakwahnya dengan kekerasan, main hakim sendiri, dan marah-marah. Ini Aswaja abal-abalan. Amar makruf itu penting, tapi cara damai juga penting. Sebab siapa yang berhasil mengambil hati, maka akan berhasil memiliki," tegasnya.

Ketika dihadapkan dengan percaturan politik, tambah Kiai Marzuki sapaan akrabnya, kelompok ini (yang mengaku beraswaja billisan saja, red) sering membuat gaduh, memprovokasi lawan, dan cenderung brutal, sehingga masyarakat ikut tidak tenang dan khawatir.

"Dakwah itu butuh suasana adem ayem, tenang, guyub dan akrab. Kita tidak bisa sholat dengan khusyu', belajar ilmu agama dan membangun negara bila negara kita kacau," bebernya.

Untuk itu, NU yang selama ini memegang erat ukhuwah Islamiyah, basyariyah dan wathoniyah serta toleran dalam bersikap, penting untuk dijaga. Sikap ini menurutnya sesuai dengan keilmuan dari pendiri dan kiai-kiai NU yang dapat dipertanggung jawabkan.

"Aswaja yang di contohkan Kiai Hasyim dan Kiai Wahab mengajarkan kita untuk seimbang antara jiwa islamiyah dan wathoniyah. Kalau hanya perhatian pada masalah agama saja maka negara kita rusak. Sedangkan bila hanya ngurusi perkara negara saja lupa agama maka bisa kacau," tuturnya. (Syamsul Arifin/Fathoni)

Romeltea Media
Berbagi Informasi Updated at:

Be the first to reply!

Posting Komentar

 
back to top