Gus Mus: Banyak yang Ngaku Ulama, Tapi Perilakunya Tidak Tepat

Gus Mus: Banyak yang Ngaku Ulama, Tapi Perilakunya Tidak Tepat
Semarang, NU Online
Shalat menjadi hadiah terbesar bagi umat Islam. Peristiwa Isra' Mi'raj menjadi titik balik bagi kaum Muslim untuk menjalankan ibadah kepada Allah. Dalam peringatan Isra' Mi'raj yang dibarengkan dengan Khotmil Qur'an Pondok Pesantren Al-Aziziyah Beringin, Semarang, Jawa Tengah, Senin (24/4) ini, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) hadir untuk memberikan mauidhoh hasanah.

Gus Mus menerangkan, pengertian ulama bisa diartikan dari bahasa Arab dan Indonesia. Kedua hal ini berbeda secara makna. Konteks yang melatarbelakangi kata ini pun akan lain. Kata ulama tak bisa diartikan secara langsung dengan kata kiai. Ulama itu bukan terjemahan dari kiai.

"Ulama adalah produk masyarakat, mengenali masyarakat dan masyarakat tahu persis track record ulama tersebut," papar Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang ini.

Menurutnya, banyak yang mengaku ulama, akan tetapi tak pantas menyandangnya karena keilmuan dan perilakunya tidak tepat dengan peran dan tugasnya sebagai ulama. Secara sanad keilmuan, tak jelas menganut kepada siapa. Keilmuan tak dapat secara instan. Kadang mereka hadir tanpa diketahui masyarakat rekam jejaknya seperti apa.

"Kiai memiliki pandangan yandzhuruna ilal ummah bi ainir rahmah (melihat umat dengan pandangan kasih sayang)," tambah alumni pesantren Krapyak, Yogyakarta.

Inilah yang membedakan antara kiai dan ulama pada masa sekarang. Kiai merupakan ciri khas (istilah) bagi masyarakat Jawa. Benda-benda yang dihormati dinamakan dengan kiai. Secara tak langsung kiai adalah orang yang dihormati.

Selain itu, harapan besar Gus Mus bagi mutakharrijin (alumni) yang telah diwisuda ini menjadi ahli Qur'an. Setelah hafal kemudian masuk dalam tingkatan memahami dan mengerjakan apa yang termaktub di dalamnya. “Hafal merupakan fase awal,” tegasnya.

Sebagaimana Nabi Muhammad dahulu, tandas Gus Mus, perangainya Al-Qur'an. Masyarakat atau sahabat cukup dengan melihat tingkah lakunya saja. Nabi telah mengerjakan terlebih dahulu apa-apa yang akan diperintahkan kepada umat Islam. (Zulfa/Fathoni)

Romeltea Media
Berbagi Informasi Updated at:

Be the first to reply!

Posting Komentar

 
back to top